Tantangan level 8: catatan cerdas finansial

Tantangan kelas bunda sayang IIP Jakarta berikutnya adalah menceritakan pengalaman pengelolaan keuangan seorang calon Ibu sebelum kelak mendapatkan amanah untuk mendidik anak-anaknya cerdas finansial sedari dini. Tentu saja pendidikan itu dimulai dari Ibu, yes?

HARI 1

Saya memulai tantangan ini dengan menginstal aplikasi keuangan harian sederhana di handphone. Masalah utama yang saya langsung sadari terkait dengan tugas adalah terkait pencatatan uang belanja. Tidak banyak pilih-pilih, saya coba pasang aplikasi Daily Pengeluaran dari Playstore. Saya coba menyesuaikan program yang ada ini dulu, supaya proyek belajar bisa berjalan. Pengeluaran belanja hari ini pun langsung saya catat supaya tidak lupa. Untuk kolom pemasukan, karena ini sudah lewat jauh dari awal bulan yang umumnya jadi titik start laporan keuangan, saya catatkan nominal uang belanja yang tersisa kira-kira. Bismillah.

HARI 2

Saya melanjutkan pencatatan pengeluaran hari ini. Saya tinggal masukkan nominal uang belanja yang kemudian disesuaikan dengan posko pemasukan dan pengeluaran yang sudah tersedia pada aplikasi. Pokoknya sih asalkan saya segera mencatat apa-apa saja yang sudah keluar dan masuk pada hari itu juga, di mana pun kegiatan jurnal keuangan ini bisa dijalankan. Pakai gadget hanya lebih memudahkan saya yang pelupa ini tapi mudah teralihkan antara satu urusan dengan urusan lain, alias suka rempong sendiri.

Waktu dulu bangun rumah, saya masih konsisten membuat pencatatan di dokumen di laptop, walaupun kadang dari yang seharusnya dilakukan harian jadi suka tertunda menjadi pekanan, lalu dwi pekanan, tapi alhamdulillah sih tidak bulanan. Itu mah kelamaan, atuh da saya pasti banyak lupanya. Tapi dulu sih saya sangat terbantu karena masih punya nota atau bukti pembelian yang diberikan pihak toko, terutama toko-toko besar. Tapi kalau belanjanya di warung atau tukang sayur keliling ya ga mungkin lah minta nota pembelian. Nah, belanja-belanja seperti itu lah yang sering terlewat di pencatatan saya. Saya paling tidak telaten menulis apa-apa dengan tulisan tangan, jadi opsi ini tidak saya ambil. Yang paling membantu adalah pencatatan di memo handphone, ini lebih efektif untuk saya. Tapi tetap sih saya harus segera mencatat semua pengeluaran hari itu juga.

Okeh lah, tak apa. Memang saya ini perlu dievaluasi kalau sudah bicara soal pencatatan. Padahal aktivitas ini sangat penting dalam manajemen keuangan. Alhamdulillah tantangan kali ini bisa menjadi proyek belajar yang bagus untuk melatih kekonsistenan dalam mencatat. Bahkan aktivitas mencatat belanjaan menjadi salah satu poin to do list harian yang saya pajang di rumah.

Latih-percayai-jalani-supervisi-latih lagi

HARI 3

Seorang teman meminta bantuan untuk mencarikan bibit tanaman bumbu dapur. Saya langsung teringat kepada pemilik akun instagram kebunbinarbumi yang belakangan saya hubungi untuk meminta saran tentang kondisi satu tanaman saya. Komunikasi kembali saya lanjutkan dengan beliau untuk membantu teman saya itu.

Memang setelah itu muncul lagi keinginan untuk belanja alat-alat berkebun. Terlintas pikiran bahwa nanti dimudahkan karena bibit tanaman pesanan teman akan dikirim ke daerah dekat rumah. Wah bisa sekalian nih, pikir saya. Ini jadi seperti godaan.

Sebenarnya saya sudah lama punya keinginan untuk membeli pestisida nabati neem oil di tempat itu, karena di tempat lain harus membeli dengan kuantitas banyak dan harga cukup tinggi, sementara di tempat ini harga cukup terjangkau dan dalam jumlah kecil. Sementara itu saya juga terpikir untuk membeli benih, karena ada paket mini dengan jumlah benih lebih sedikit dan harga lebih murah. Ini lebih cocok untuk saya daripada membeli paket pada umumnya. Akhirnya setelah menimbang bahwa semua harus tetap sesuai kebutuhan kebun, saya jadi memesan pestisida nabati tadi dan beberapa benih tanaman sayuran yang memang untuk dikonsumsi setiap harinya dan mudah ditanam juga.

Ini bisa jadi salah satu tips bila tiba-tiba muncul keinginan untuk membeli sesuatu. Jadi saya kembalikan kepada kebutuhan saya dulu. Kalau masih sejalan dengan kebutuhan saya, biasanya masih akan saya pertimbangkan. Kalau masih bisa ditunda di lain waktu, maka saya akan menunda membelinya. Jika keinginan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan saya, biasanya akan teralihkan dengan kebutuhan lain yang lebih penting.

Tapi kalau dipikir-pikir kembali, keadaan yang saya alami banyak mengarah ke gejala impulsive buyer ya? Ya ga sih.. Kalau ini mah namanya bukan cerdas secara finansial ya, tapi penyakit yang harus disembuhkan. Coba saya cari tahu dulu mengenai ini, supaya bisa ditemukan solusinya.

HARI 4

Ada kalanya suami jatuh semangatnya karena memikirkan pekerjaan. Kali ini begitu lagi. Mungkin karena belakangan ini banyak sekali yang harus dikerjakan di kantor hingga lembur dan pulang malam, beliau merasa lelah dan makin galau untuk segera menemukan pekerjaan baru. Ya, karena core business tempat beliau bekerja masih berkait dengan riba, beliau jadi sering bergundah gulana.

Kalau sudah begini, saya menjadi pihak yang mencoba menguatkan beliau. Saya harus lebih kuat lagi, pikir saya. Dengan perlahan, saya coba dorong pak suami untuk lebih bersabar dan bersyukur dulu atas semua rezeki yang Allah sudah berikan. Saya ingatkan untuk tetap ikhtiar sambil membuka pintu rezeki Allah dengan mengejar amalan-amalan yang Allah sukai supaya Allah berkenan menurunkan pertolongan-Nya.

Satu hal yang saya lupa untuk lakukan adalah membuat daftar amalan pembuka pintu rezeki Allah, untuk mengetahui sejauh mana ikhtiar kami berdua. Dengan daftar amalan tersebut, kami bisa mengetahui amalan-amalan yang harus dilakukan, yang sudah dijalankan terus dipertahankan dan ditambah lagi dengan amalan-amalan baru supaya ikhtiar kami lebih maksimal lagi. Semuanya harus tetap dengan niat untuk meraih ridha Allah. Kalau sudah diikhtiarkan untuk mencari pekerjaan baru, dikuatkan dengan ibadah dan amalan-amalan pembuka pintu rezeki, banyak berdoa, tinggal pasrahkn semua kepada Allah. Apapun hasilnya ikhlaskan. Beraaat.. Ini juga saya masih terus belajar praktikkan dan tanamkan dengan sepenuh iman dalam hati.

HARI 5

Hari ini saya belajar tentang konsep rezeki dalam berkebun organik ketika menonton video log dari pak Rinoto Jawa di channel youtube beliau. Semenjak memulai berkebun dan menemukan berbagai masalah dengan hama dan penyakit, saya jadi mudah baper (red: kebawa perasaan). Iya begitulah, sampai saya rela coba berbagai resep pestisida nabati untuk menyembuhkan tanaman-tanaman yang sakit, sampai juga membeli pestisida nabati.

Jadi pencerahan yang saya dapatkan dari beliau, bahwa untuk mendapatkan hasil maksimal ketika berkebun secara organik adalah tidak mutlak, dan pasti ada saja hambatannya. Tapi itu memang sudah alami terjadi bila secara organik. Apalagi keseimbangan alam sudah rusak akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia. Biarkan alam bekerja, dengan rantai makanan alami antara hama dan predator. Yang penting kita sudah jalankan pengendalian hama alami semampu kita. Jadi jangan jadi pusing ketika ketemu masalah. Dan jangan menyerah, berkebun saja terus dan cari cara yang terbaik untuk kita dalam berkebun.

MaasyaaAllah ya. Sungguh sharing dari beliau ini menjadi pencerahan sekali untuk saya pribadi. Ternyata rezeki itu tidak selalu terkait dengan tanaman tumbuh subur atau panen banyak ya, tapi bagaimana kita belajar bersabar dan bersyukur dalam setiap prosesnya. Karena tetap Allah yang menentukan hasil akhir, apakah panen jadi rezeki kita ataukah rezeki itu masih ditahan. Ini sebenarnya menegaskan kembali materi kulwap pertama Rumbel Berkebun IIP Jakarta yang disampaikan mbak Suci sebagai narasumber bahwa niat berkebun haruslah untuk Allah, untuk memakmurkan bumi Allah. Karena Allah telah menjadikan manusia sebagai pemakmur bumi sesuai (QS. Hud 61). Dan ini menjadi salah satu tugas manusia di muka bumi.

“Jika niat berkebun diawali karena keinginan memiliki cabai rindang di halaman rumah, sayuran dan buah yang ditanam secara organik, makan tinggal petik dari kebun atau alasan sejenisnya maka ketika ditimpa ujian ia akan tergoncang, seperti hilang semangat, berpikir bahwa diri tidak mampu menanam, cenderung menjadi tidak sabar dan tidak ikhlas, tidak mau mengkaji dimana letak kesalahan dalam prosedur menanam hingga lupa diri – ketika panen melimpah atau bahkan tidak ada satupun yang hidup – bahwa hanya Allah lah yang bisa menumbuhkan tanaman tersebut sebagaimana disebutkan dalam QS An-Naml 60.”

Ya. Belajar untuk menjadi cerdas finansial harus dimulai dulu dengan pemahaman kita tentang konsep rezeki, supaya kemudian kita bisa mempertanggungjawabkan segala hak dan kewajiban yang terkait dengannya. Jangan pernah berhenti bermimpi untuk nikmat yang besar, kita tinggal memintanya saja kepada sang Maha Pemilik Kekayaan.

HARI 6

Salah satu kebutuhan penting dalam hidup saya adalah untuk menjadi sehat dan kemudian mengkonsumsi makanan sehat. Definisi makanan sehat menurut saya adalah yang meminimalisir kandungan 4P di dalamnya, yaitu pengawet, penyedap, pemanis dan pewarna, ditambah 1G yaitu non-GMO (rekayasa genetik). Wew, berat? Nda juga sih. Semua kan pilihan hidup, tinggal menerima konsekuensi atas pilihan tersebut yang diaplikasikan ke gaya hidup masing-masing.

Salah satu konsekuensi tersebut adalah mencari makanan yang memenuhi standar sehat. Untuk sayuran, saya memilih sayuran organik, natural, dan lokal. Ada dua pilihan saya untuk memenuhi kebutuhan ini. Pertama, membelinya di supplier sayuran organik. Kedua, menanam sendiri sayuran di rumah secara organik/natural.

Pilihan kedua mendorong saya untuk belajar berkebun. Soal ini sudah sering lah ya saya ceritakan pengalaman belajarnya di blog khususnya di setoran T10H. Tapi untuk pilihan pertama saya belum banyak cerita. Jadi ceritanya saya sudah berpindah-pindah langganan ke beberapa supplier sayuran organik yang saya tahu, dari yang harganya mahal di supermarket sampai ke supplier online. Langganan saya sekarang tetap berbasis pasar online, di Kecipir.com, tapi harganya bisa dikatakan lebih bersahabat daripada harga supermarket. Keuntungannya, karena saya mendaftar sebagai agen Kecipir, sayurannya diantar langsung sampai rumah, jadi saya tidak perlu susah payah keluar rumah. Bonus agen tidak besar, tapi kalau rajin saya bisa mengumpulkan komisi yang totalnya bisa digunakan kembali untuk membeli sayuran organik di Kecipir, hehe. Jadi ini sekalian menyelam dan minum air. Itu saja saya sudah senang sekali, di akhir bulan seperti ini saya bisa menghemat uang belanja. Alhamdulillah.

Untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehat ini, saya memang belum menganggarkan secara khusus. Karena stok yang didapat dari hasil panen di petaninya tiap pekan juga berbeda. Tapi sementara ini minimal dua pekan sekali saya belanja. Ada beberapa sayuran lalapan yang saya rutin beli karena memang rutin dikonsumsi. Ada juga pilihan sayuran yang berbeda tiap kali belanja. Ini juga untuk variasi masakan. Kadang juga tergantung harga dan promosi, maklum emak-emak musti pintar-pintar cari yang sehat tapi bisa meminimalkan dana, haha.

HARI 7

Malam ini ketika ngobrol santai dengan pak suami, kami membahas lanjutan proyek kami ahad lalu ketika membuat es mambo. Sebenarnya ide proyek dadakan saja dari hari Sabtu. Saya iseng saja membeli bahan2 untuk membuat es dan berharap suami mau terlibat ketika saya todong.

Hari ahad lalu saya eksekusi resep es sederhana yang saya dapatkan di cookpad dan langsung todong suami untuk bantu buat. Yes beliau bersedia walaupun setengah ga paham apa yang mau saya buat. Baru setelah satu es mambo selesai dibungkus, beliau jadi tertarik untuk melanjutkan karena beliau memang suka minuman seperti itu sebetulnya.

Malam ini kami baru berdiskusi dan membuat perhitungan, bagaimana seandainya jika kami berjualan es mambo? Suami saya ajak untuk memperhitungkan biaya modal dan biaya belanja, sehingga kami mendapatkan harga jual kotor. Suami pun protes akhirnya karena es mambo yang kami jual rasanya terlalu enak dan harga jadi agak mahal, sehingga tidak cocok dijual di lingkungan rumah kami, hehe.

Inti proyek ini sih sebenarnya mengajak suami untuk memasak bersama di dapur dan juga belajar bersama membuat perencanaan berdagang, bukan benar-benar mau berjualan es mambo. Tapi kami berdua memang memiliki keinginan untuk mulai menjejaki pintu rezeki melalui berdagang seperti halnya Rasulullah. Nanti saya ceritakan pengalaman saya ketika melakukan survei produk. InsyaaAllah.

HARI 8

Malam ini kami berdua menikmati cemilan Popcorn Jowo Kraton. Cemilan ini adalah salah satu produk yang saya survei untuk jualan. Iyah, sejak saya memutuskan untuk menekuni dunia berdagang, saya mulai melakukan survei produk-produk yang bisa kami bantu jual.

Alasannya sederhana saja, karena ini sebagai ikhtiar kami untuk mencari rezeki yang halal. Pekerjaan suami masih belum bisa dikatakan aman bila dipandang dari segi syariat, oleh karena itu beliau dan saya sepakat bahwa kami akan berikhtiar mencari di tempat yang lain untuk meraih harapan-harapan kami, terbebas dari jeratan riba, urusan syubhat apalagi haram. Berdagang menjadi salah satu pilihan utama, mengikuti jejak Rasulullah.

Kami memulainya dengan survei kecil-kecilan untuk menemukan barang yang ingin dijual. Popcorn Jowo ini uniknya adalah produk cemilan sehat yang dipoduksi oleh teman saya di Instagram. Saya kenal mbak Ummi Rochma ini di instagram karena kekonsistenannya untuk hidup sehat. Lulus kuliah, beliau lanjut aktif mengkampanyekan makanan sehat hingga menciptakan produk sendiri. Popcorn Jowo Kraton ini salah satu hasilnya, produk pangan alami dan lokal yang dibuat bebas 4P (pewarna, perasa, pengawet dan pemanis). Yang kerennya lagi, hasil jualan cemilan sehat ini mensubsidi silang produk serupa yang dijual untuk anak-anak desa dengan harga yang jauh lebih murah. Yes, sekali lagi ini menjadi why factor saya berminat sekali untuk membantu menjual produk ini. Saya pribadi ingin tidak sekedar berdagang saja, tapi keberkahan dan kebermanfaatan menjadi tujuan utama.

Sambil ngemil popcorn sehat ini, saya dan suami berdiskusi dan melakukan perhitungan yang terkait dengan penjualan produk, dari modal, harga jual, keuntungan hingga ke perkiraan operasional. Ya, kami baru saja memulai, mungkin permulaan ini masih sederhana sekali dan masih banyak hal-hal lain yang belum terpikirkan. Tapi pelan-pelan insyaaAllah.

HARI 9

Pagi ini saya memutuskan untuk duduk sejenak sebelum memulai aktivitas harian, untuk merapihkan catatan keuangan sebulan terakhir, dimulai dari pertama kali saya memulai kembali pencatatan.

Alhamdulillah saya masih melakukan pencatatan harian menggunakan aplikasi mobile di handphone. Ini memudahkan saya juga karena ada sistem alarm dari aplikasi untuk mengingatkan saya bila lupa. Evaluasi untuk aplikasi hanya bahwa data yang sudah diinput selama sebulan misalnya tidak bisa dihubungkan secara online. Jadi kalau mau saya harus menuliskan ulang catatan tersebut di laptop. Tapi sebenarnya sih jasa ini bisa dilakukan bila saya melakukan upgrade aplikasi. Cuma karena berbayar dan saya belum merasa perlu sekali, ini tidak saya lakukan.

Karena baru menerima jatah bulanan dari suami, saya lanjutkan membuat pos-pos pengeluaran bulanan. Template sebelumnya sudah ada, hanya saja belum pernah dievaluasi. Nah mudah-mudahan akhir bulan Oktober nanti saya bisa melakukannya. Format 10/10/10/70 dari Kak Seto dan Kak Lutfi yang disampaikan pada materi Cemilan Rabu bisa menjadi rujukan persentase pembagian jatah bulanan dari suami.

HARI 10

 

Leave a comment